Was ‘coblos’, is ‘contreng’

‘Coblos’ means to perforate.

In Indonesia during the New Order regime, ‘coblos’ relates to voting for someone by perforating an election symbol. Back then, the symbols were three. Not that many.

Now, the symbols, in the democratic era in Indonesia, I can’t seems to recall the number, amounts to a lot of symbols.

One other thing that one would notice is that one do not perforate but place a mark on the election symbol of ones choosing.

The word has shifted from ‘coblos’, which was THE word for this kind of action, an action of significance to ‘contreng’.

‘Contreng’ is another word for ‘conteng’. ‘Contreng’ does not have a place in the Kamus Besar Bahasa Indonesia or KBBI in its entry, yet. But ‘conteng’ or ‘centang’ does.

The two (contreng, centang) literary means to put a mark, a cross, an indication, anything of the sort that signifies that the scribbles means simply: “I choose this one”.

An article Indonesia in bahasakita.com, puts forward this concerns.

Setelah saya cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ternyata kata contreng yang digembar-gemborkan selama ini tidak ada. Kata yang paling mendekati adalah “conteng” yang artinya mencoreng dengan arang (tinta, cat, dsb).

All I can say is: why don’t they simply say. “mark your choice (tandai pilihan Anda)”.

Culture perspective on colour: What’s your colour?

White, blue, yellow, green, red, or rainbow. These words i.e. colours go beyond the colour of the skin of Indonesians. What?

Well, to start of, this is not about race.

But a competition. A race then? Yes, in a different context.

A race to the House of Representatives.

I mean green? Aliens? No. Blue? Royalty? No. Rainbow? Hmm…

Anyway, nearing the course of a legislative election in Indonesia, in the month of April 2009, most Indonesians will have adopted a colour of their choosing.

Some prefer yellow, or blue, while others choose red, and for some they just adore and like plain white.

How so?

Well, there is a term where ordinary Indonesians are aware of. The term is “GOLONGAN PUTIH” or “golput” an abbreviation that means “the white group”.

Golput is the abbreviation of “golongan putih” or the white group. In this context it is a group that will exercise their democratic right not to vote and therefore remain white or unstained by the process.

Politics in this blog? No.

I’m just pointing out words (colours) in a cultural context in Indonesia and the phenomena people have adopted to embedded themselves to the beliefs of parties i.e. political parties.

A researcher in the Politics and Social Change Department at the Centre for Strategic and International Studies, Jakarta noted:

…political observers are increasingly concerned with the increasing prevalence of golput (non-voters).

Hm… this means there will be Indonesians exercising their rights to choose not to choose. Interesting huh?

Anyway, what about other colours?

Yellow for example, ini the Jakarta region connotes not only to death but also the Golkar Party. Please see these: Lampu Kuning for Golkar. Blitar Jadi Lautan Biru Demokrat, is the colour of Demokrat party. PPP Tetap ‘Kibarkan’ Warna Hijau relates to the PPP party. And, Yang Merah Itu Pasti yang Kualitasnya Paling Baik is the PDI-P’s Party.

So, Indonesians, what’s your colour?

Lyrics: Rainbow Country

Portuguese Influence in Indonesian (Bahasa Indonesia)

Portuguese in Indonesian do have a place. I’ve always wondered to which extent the loan words from the land of Portugal came to the Indonesian language.

To my surprise, there appears some words from Portuguese. There was a research conducted by Antonio Pinto da França (1970) and later published in the book titled: “A Influencia Portuguesa na Indonesia”. This book later was translated into Indonesian by “Pustaka SH” publisher in the year 2000. It was called: “Pengaruh Portugis di Indonesia” (translation: Portuguese Influence in Indonesia).

The words such as:

armada, bola, pena, roda, ronda, sisa, tenda, tinta

became Indonesian (armada, ball, pen, wheel, rounds, remnant, tent, ink).

There are also vocabularies that have changed the way they sound such as:

algojo (algoz), bangku (banco), bantal (avental), bendera (bandeira), biola (viola), bolu (balo), boneca (boneca), jendela (janela), gereja (igreja), kaldu (caldo), kantin (cantina), kemeja (camisa), kereta (carreta), meja (mesa), mentega (manteiga), pesiar (passear), pigura (figura), pita (fita), sepatu (sapato), serdadu (soldado), cerutu (charuto), tolol (tolo).

So, I can say Indonesian is a rich potpourri and will borrow and adopt any other words from any languages as the language (Indonesian) see fit. But, I guess this works in any languages that utilizes other languages to enrich the vocabularies.

Tingling and Pins and Needles

I guess a translation of a term relates closely to a culture in their respective languages.

A discussion on “tingling and pins and needles” have been a pain for some translators in the language pair English Indonesian.

The term “kesemutan” is a feeling of being bitten by ants in Indonesian. As can be seen here from KBBI:

ke·se·mut·an a berasa senyar (geranyam) pd anggota badan, spt digigit semut, terutama kaki dan tangan (krn lama duduk tanpa bergerak-gerak atau tertekan terlalu lama dsb): krn terlalu lama bersimpuh, kakiku menjadi –

The English “tingling and pins and needles” can be loosely and general translated as “kesemutan”.

If the translation text is of a general term for a general purpose this translated choice is sufficient. But, for more specific one, it is not.

The English term of “tingling” is:

to have a sensation of slight prickles, stings, or tremors, as from cold, a sharp blow, excitement, etc.: I tingle all over.

As for “pins and needles”:

a tingly, prickly sensation in a limb that is recovering from numbness.

The Indonesian solution for the case on hand ranges from:

senyar, cekit-cekit, geringgingan, rasa geli

hopefully more terms can be found that has etymological point of reference from the regional languages of Indonesia.

I expect the exploration of such terms and discussions help us to cure that “pain” and releases us of the “pain” and give us a relieve instead.

Hopefully.

Blunder tulisan di bus

Kata antre, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

an·tre /antré/ 1 v berdiri berderet-deret memanjang menunggu untuk mendapat giliran (membeli karcis, mengambil ransum, membeli bensin, dsb); 2 n antrean;

Sementara di menurut KBBI:

di p 1 kata depan untuk menandai tempat

Pemakaiannya (diskusi dan Polisi EYD) adalah: di Jakarta, di jalur, di jalan. Ada spasi yang harus ditempatkan untuk merujuk kepada lokasi atau tempat. Lain halnya dengan ‘di’ yang satu ini: dimakan, ditempatkan, dimejahijaukan. Tidak diizinkan adanya spasi.

Coba perhatikan gambar ini “Antri dijalur benar semua jadi lancar”:

Jumlah bus ini tidak hanya satu.

Sungguh, hal yang unik.

Download: unduh, mengunduh, donlod, donlot, daunlot

Download: dalam bahasa Inggris berdasarkan rujukan dari ini adalah:

to transfer (software, data, character sets, etc.) from a distant to a nearby computer, from a larger to a smaller computer, or from a computer to a peripheral device.

Dalam hal ini kata download berhubungan erat dengan yang “berbau”: COMPUTERS

Nah, down⋅load menurut ejaan IPA adalah /ˈdaʊnˌloʊd/
atau dibaca keinggrisannya dengan [doun-lohd].

Dalam suatu kalimat maka pemakaian download adalah sebagai verba (dipakai dengan objek)
I like to download free computer software and free music files.

Saya senang mengunduh software komputer gratis dan berkas musik gratis.
Begitu kira-kira Indonesianya.

Memang dalam bahasa Inggrisnya kata ini berasal dari dua unsur yakni:
down + load

Permasalahannya dalam Bahasa Indonesia pemakaian ini, karena berasal bukan dari bahasa Indonesia, mengalami sedikit pengalaman penyerapan bagi pemakainya, yakni kita-kita ini yang memakai bahasa Indonesia.

Ada dari kita yang langsung menyerapnya menjadi:
DOWNLOAD

Ada juga dari kita yang mengambil unsur bunyi atau suara download dan menuliskannya menjadi:
DONLOD, DONLOT, atau mungkin DAUNLOT

Ada juga yang berupaya keras mencapai padanannya alias mencari bentuk yang asli dari unsur Indonesia, dalam hal ini dari bahasa Jawa yakni:

unduh, mengunduh

Asalnya (KBBI) adalah:
un·duh, meng·un·duh Jw v memanen (buah);
~ mantu
upacara menerima pasangan pengantin (oleh orang tua pengantin laki-laki setelah berakhirnya upacara pernikahan di rumah pengantin perempuan)

Memang begitulah faktanya.
Berikut beberapa tulisan menyangkut hal ini:

Download, Atau Unduh?
Unggah }{ Unduh atau Upload }{ Download ?
Padanan Kata Download dan Upload

Nah, kalau bicara download alias donlod, donlot atawa daunlot ataupun unduh dan mengunduh maka tidak bisa lepas dari UPLOAD.

Jadi, download dan upload merupakan suatu pasangan yang punya makna tinggi bagi mereka yang suka interaksi di dunia maya.

CAT Tool Versi Google: Google Translator Toolkit

Coba disimak tautan berikut ini: LINK

Isinya adalah:

Google Translator Toolkit is a new tool being launched today to help translators organize their work and benefit from shared translations, glossaries and translation memories, the Google China Blog reports (English translation by Google).

Diterjemahkan oleh Google Translate:

Penerjemah Google Toolkit adalah sebuah tool baru yang diluncurkan hari ini untuk membantu penerjemah mengatur pekerjaan mereka dan mendapatkan manfaat dari berbagi translations, glossaries terjemahan dan kenangan, di Cina Google Blog laporan (Inggris translation oleh Google).

Penerjemah (atau siapapun yang merasa ingin berkontribusi-don’t we all? 🙂 ) dapat melakukannya dengan menuju ke: http://translate.google.com/toolkit/

Sepertinya ini merupakan simbiosis mutualisme.

Tapi tak mengapa, semoga win-win solution pencapaiannya.
Jadi, kalau Anda menyukai, tunggu apa lagi. Silakan buka-buka, tautan-tautan tersebut dan selamat berbagi dan menterjemahkan.

Update: Simak juga tautan ini.

Indekosan adalah bedsitter, apa iya?

Ada sebuah kata dalam bahasa Inggris yang saya temui. Kata ini secara dadakan muncul, karena saya harus memberikan kata baru itu kepada peserta bahasa Inggris yang saya ajar, maka otomatis saya juga harus membuka-buka referensi alias kamus dan tentunya “online reference” terbaik via Google yakni Internet.

Kata yang disebutkan ini adalah “bedsitter” yang berarti:

a combination bedroom and sitting room.

Jadi dapat dikatakan bahwa kata ini adalah sebuah kamar yang merupakan kombinasi ruang tidur dan ruang tempat duduk.

Bedsitter masuk kelas kata nomina. Dijelaskan lebih jauh bahwa:

a furnished sitting room with sleeping accommodations (and some plumbing) [syn: bedsitting room]

adalah juga sebuah ruang tempat duduk yang terisi mebel dengan akomodasi tidur (dan ‘plumbing’), [atau punya sinonim ruang tidur-duduk].

Dalam bahasa Indonesia adalah istilah kos atau indekos yang berkelas kata verba, berarti:

tinggal di rumah orang lain dng atau tanpa makan (dng membayar setiap bulan)

atau dapat juga kita mengatakan “memondok”. Jika kita setarakan sehubungan dengan kelas kata nomina bahasa Inggris “bedsitter” maka jadilah “indekosan”.

Memang “bedsitter” sekilas serupa dengan istilah “babysitter“. Tapi tentu berbeda jauh makna yang terkandung di antara keduanya.

Kembali ke kata “bedsitter”, yang kini telah jelas bukan orang yang tinggal di indekosan tapi adalah indekosan. Lalu, apa kata untuk orang yang tinggal di “bedsitter”?

Ada kata lodger , yang akan tepat untuk istilah ini (sinonimnya adalah: boarder, lessee, renter, resident, roomer, tenant.).

Ada lagi yang menarik, karena indekos berasal dari bahasa Belanda berikut saya informasikan sedikit tentang kata ini “kostganger

Backtranslation in video style

I searched around to see videos that may relate to the content of my website. Suddenly (not exactly) I found a video in youtube.com which I think would put a smile on your face and I could not resist in posting it here.

The video is a result of a back-translation.

The original dialogs of the video were in English (subtitles) then it was translated (with a popular translation website) into French, then from French into German, and from German back into French, and then from French back into the original language, English.

The result?

Tell me what you think. Enjoy.

Kamus Lengkap Indonesia-Inggris: Alan M.Stevens, A. Ed. Schmidgall-Tellings

Ada satu artikel tentang Kamus Lengkap Indonesia-Inggris: Alan M.Stevens & A. Ed. Schmidgall-Tellings di Tempo.

Beruntung saya punya Kamusnya dan yang langsung dibubuhi tanda-tangan Pak Alan, agak norak yah? :D. Begitulah.

Berikut artikelnya:

Tempo: Bahasa
Kamus Lengkap
Oleh: Warief Djajanto Basorie
# Pengajar di Lembaga Pers Dr Soetomo di Jakarta dan penerjemah lepas. Ia dapat dihubungi di wariefdj@lpds.or.id.

BILAMANA seseorang mengaku kamus hasil susunannya merupakan ”kamus lengkap”, penyusun kamus itu menghadapi risiko dicerca publik pemakai kalau ternyata karyanya tidak lengkap.

John Surjadi Hartanto, S. Koentjoro, dan Manaf Asmoro Seputro menerbitkan Kamus Lengkap Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris (1986, Indah, Surabaya). Sebelum itu, S. Wojowasito dan W.J.S. Poerwadarminta sudah menghasilkan Kamus Lengkap Inggeris-Indonesia Indonesis-Inggeris ((1974, Hasta, Jakarta).

Apakah entri kamus mereka benar lengkap? Ambillah contoh hidangan soto. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan Pusat Bahasa (Edisi Ketiga, 2002, Balai Pustaka, Jakarta), soto ialah ”masakan yg kuahnya dimasak tersendiri dan rangkaian isinya antara lain daging, kentang, bawang goreng yg dimasukkan kemudian, pd waktu akan dihidangkan”.

Soto tidak ditemukan dalam kamus Surjadi dan kawan-kawan. Dalam kamus Wojowasito, soto diterjemahkan sebagai ”a meat-soup”.

Kini, terbitlah sebuah kamus baru, Kamus Lengkap Indonesia-Inggris susunan Alan M. Stevens dan A.Ed. Schmidgall-Tellings (Cetakan II, Februari 2008, Mizan Pustaka, Bandung). Dalam kamus ini, soto ialah ”a soup-like dish, usu served with lontong”. Lalu ada uraian beberapa jenis soto dengan penjelasan isinya: soto ayam, soto babat, soto Betawi, soto Madura, dan soto tangkar.

Kamus Stevens dan Schmidgall-Tellings pertama diterbitkan pada 2004 oleh Ohio University Press dengan nama A Comprehensive Indonesian-English Dictionary. Adalah sulit untuk memikirkan ungkapan yang diduga tidak ada dalam kamus itu karena ternyata ada. Istilah bahasa gaul ngetrek dan trek-trekan, misalnya, masuk halaman 1041.

Mensukabumikan juga dimuat (h. 964) dan diartikan sebagai ”to shoot dead” (ditembak mati). Istilah itu disertai penjelasan bahwa kata tersebut muncul di pers saat aktifnya penembak misterius, petrus. Lalu referensi silang menjelaskan petrus adalah satuan keamanan rahasia dengan tugas membunuh gali-gali (gang anak liar), dimulai di Yogyakarta pada 1983.

Bagi penerjemah naskah dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, kamus Stevens ini (mitranya meninggal pada 1997) merupakan penolong pustaka andal untuk menemukan padanan tepat.

Dalam bidang hukum, misalnya, kamus ini menyajikan terjemahan memadai. Amar putusan (judicial verdict) dan memori banding (appeal brief) ada. Ia juga menjelaskan apa terjemahan berita acara pemeriksaan (official report, deposition).

Perbendaharaan bahasa daerah juga memperkaya kamus ini. Misalnya, dari bahasa Minahasa, kamus Stevens memuat bakupiara (h. 81), yang berarti hidup bersama di luar nikah. Juga paniki, hidangan dibuat dari daging kelelawar.

Stevens menyusun kamus ini selama 20 tahun. Ia guru besar linguistik di Queen’s College, City University of New York, dan meraih gelar S-3 linguistik dalam bahasa Indonesia di Yale.

Kamus ini 1.103 halaman. Sayang sekali ia tidak dilengkapi bagian khusus seperti daftar peribahasa dan ungkapan khas. Misalnya, apa terjemahan jer basuki mawa beya? Ini ungkapan bahasa Jawa yang berarti keberhasilan hanya dicapai dengan pengorbanan.

Singkatan merupakan satu jenis entri kamus Stevens ini. Tetapi mungkin juga perlu satu bagian tersendiri berisi daftar akronim yang marak dan berkembang dalam bahasa Indonesia. Dalam masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekarang ini, misalnya, masyarakat sudah mengenal singkatan seperti BOS (bantuan operasional sekolah) dan BLT (bantuan langsung tunai). Dua istilah ini muncul dalam kaitan kebijakan pemerintah mengurangi dampak buruk kenaikan harga bahan bakar minyak.

Bagaimanapun, Kamus Lengkap Indonesia-Inggris satu ini tampaknya tahan terhadap cercaan. Setidaknya sampai sekarang.

Pusat Bahasa: KBBI dan Glosarium

Ada dua tautan yang cukup baik untuk melakukan rujuk silang bagi mereka yang berkecimpung di dunia kata.

Kedua link atau tautan memberikan rujukan yang selalu bisa dipertanggungjawabkan.

Berbeda dengan rujukan yang berupa buku, situs ini memang layak dijadikan sumber online.

Silakan mencoba:

KBBI

Glosarium

Jika Anda menemukan tautan atau rujukan lain dan ingin berbagi, silakan berkomentar.


Was in…

“Machine Translator” vs “CAT Tools”

Bagi pencinta Star Wars, sosok C3PO tidak asing.

Sosok ini adalah robot di dunia fantasi. Karena robot tergolong mesin dapatlah kita katakan bahwa C3P0 adalah idealisme sebuah “machine translator” atau lebih tepatnya “machine interpreter”.

Jika kita ke masa sekarang dan tidak beranjak ke dunia khayal maka yang paling terdekat adalah teknologi yang diterapkan di dunia online seperti yang dilakukan Google Translate (catatan: Google bukan pionir).

Namun, jika kita bicara CAT Tools maka di dunia penerjemahan, di industri ini yang cukup dikenal adalah SDL Trados. Alat ini membantu penerjemah dengan memanfaatkan “translation memory“.

Sekilas inilah perbedaan keduanya.

Note: Was in …

Etymology: Oxymoron

The origins of the word oxymoron:
oxymoron
1657, from Gk. oxymoron, noun use of neut. of oxymoros (adj.) “pointedly foolish,” from oxys “sharp” (see acrid) + moros “stupid.” Rhetorical figure by which contradictory terms are conjoined so as to give point to the statement or expression; the word itself is an illustration of the thing. Now often used loosely to mean “contradiction in terms.”
Online Etymology Dictionary, © 2001 Douglas Harper

I guess reading is a bit tedious, so compare it with watching this youtube video.

Enjoy.

Note: Was in …

Exit mobile version
%%footer%%